Kamis, 31 Januari 2013

CINTANYA Ayat-ayat cinta

Published by SMASA on Kamis, 31 Januari 2013  | 

CINTANYA Ayat-ayat cinta
(sebuah refleksi jiwa)
Oleh: J. Talita

Adalah fakta jika Ayat-Ayat Cinta-nya Habiburrahman El Shiazy (AAC) merupakan sebuah fenomena imajinasi yang luar biasa. Luar biasa karena karya AAC itu mampu menghipnotis para pembacanya. Pembaca awam dan pembaca kalangan penikmat serta pengamat sastra, semua berkomentar tentang idealisme tokoh-tokohnya. Semua tokoh di dalamnya membawakan karakter hidup bercinta yang ideal, yang dapat diteladani oleh banyak orang, khususnya dalam bercinta.


Bagaimana seharusnya bercinta? Tentang hal ini Kahlil Gibran dalam bukunya “Sang Nabi” mengatakan “Cinta tidak memiliki atau pun dimiliki, karena cinta telah cukup untuk dicinta. Cinta tak memberikan apa-apa, kecuali keseluruhan dirinya, utuh-penuh. Jangan mengira bahwa kau dapat menentukan arah cinta. Karena cinta, pabila kau telah dipilihnya, akan menentukan dirimu”.
Bang Abik, panggilan akrab  Habiburrahman El Shiazy, dalam Ayat-Ayat Cinta berhasil menampilkan sosok Fahri, yang oleh banyak pembaca dikatakan tokoh yang sempurna. Yang dimaksudkan adalah sempurna dalam menegakkan keyakinan syariah agamanya. Ia bijak, ia tegas, ia sportif dalam bertindak dan bergaul dalam aturan aqidah yang ia yakini. Hal ini semakin dijadikan idola banyak pembaca ketika pembaca membandingannya dengan fakta karakter pemuda di sekitar mereka. Maklum Fahri  dalam AAC  adalah Fahri imajinasi dan yang ada di sekitar pembaca adalah tokoh nyata, bukan fiktif.
Sebenarnya Fahri dalam AAC bukan sosok yang sempurna. Ia seorang pemuda desa. Ia terkesan minder, kurang percaya diri akan kemampuannya. Ia cengeng jika menghadapi masalah yang menyentuh kalbunya. Ataukah memang begitu karakter seorang pemuda yang sempurna itu. Mungkin tidak?
Fahri, sekali lagi memang sempurna. Seorang pemuda desa dari Jawa Tengah itu dapat menempuh S-2 di Al-Ashar, Cairo, Mesir. Ia mendapatkan seorang istri yang sangat cantik, seorang istri yang sangat baik, seorang istri yang sangat kaya. Ia dapat berteman dengan seorang wartawan dari Amerika - Alicia. Ia dapat menjadi murid dari seorang Syekh Ahmad, ulama terkenal di Mesir. Ini memang sempurna.
Fahri adalah seorang pemuda pilihan. Ia menjadi pilihan terakhir banyak gadis. Banyak gadis berharap bisa menjadikan ia sebagai suaminya. Nurul Azkiya, salah satu tokoh protagonis dalam AAC berharap dapat bersuamikan Fahri. Ia sangat kagum akan kepribadian Fahri. Hanya saja Nurul Azkiya tiada berani menyampaikan maksud ini. Maklum Nurul adalah seorang gadis Jawa. Ia merasa kurang pantas jika menyampaikan maksud cintanya itu kepada Fahri. Adat Jawa memang begitu, biasanya memang laki-laki yang menyampaikan maksud seperti itu. Atau hal itu disampaikan oleh perantara. Seperti yang dilakukan oleh Nurul. Nurul meminta paman dan bibinya untuk menyampaikan niat Nurul bersuamikan Fahri. Tetapi petaka yang terjadi, sebab paman dan bibinya terlambat. Semua menyesal. Fahri sangat menyesal mengapa bisa begini. Paman dan bibi Nurul pun sangat menyesal atas peristiwa ini. Lebih-lebih Nurul, ia sangat menyesal. Semuanya terlambat, nasi sudah menjadi bubur, takkan mungkin bubur bisa berubah menjadi nasi lagi.
Jika saya masih bujang dan bertemu seorang gadis seperti Nurul atau yang mengalami nasib seperti Nurul pasti saya pun siap untuk beristrikan dia. Tapi masalahnya apakah Nurul mau. Hal seperti ini sebenarnya juga dirasakan oleh Fahri, karena ia merasa anak desa, ia merasa minder jika berurusan masalah ini. Mungkin kebanyakan lelaki demikian.
Sebenarnya jika ada gadis yang seperti Nurul pastilah kumbang-kumbang jantan akan beterbangan di sekitarnya dan memetiknya, tentunya dengan jalan yang terhormat. Nurul adalah seorang muslimah yang taat beribadah. Ia berparas cantik,  di samping aktivitasnya yang tergolong terpelajar ia termasuk pandai bergaul dan sangat hormat kepada sesamanya.
Lain Nurul lain pula Maria. Maria yang setiap harinya dapat bersama dan berkomunikasi dengan Fahri karena ia tinggal satu Flat merasa kecewa setelah ia tahu bahwa Fahri telah menikah dengan Aisha. Maria sebenarnya juga sangat mencintai Fahri. Sayangnya perasaan itu hanya ia pendam dalam hati dan ia tuliskan di buku harian. Fahri pun tidak tahu perasaan Maria yang seperti itu. Fahri mengetahui hal itu karena ia diminta membaca catatan harian Maria. Cinta Maria ini akhirnya dibawa sampai mati. Perlukah seperti itu?
Pembaca akan berpikir dan berkomentar terhadap fenomena cinta dalam AAC ini. Cinta memang perlu segera disampaikan ke tujuannya. Tidak baik jika hanya dipendam dalam hati atau hanya dituliskan di buku harian. Yang tepat adalah segera disampaikan kepada yang dituju. Apa pun hasilnya. Lebih baik diutarakan dan jadi. Atau diutarakan dan tidak jadi.
Dalam masalah ini Bang Abik agaknya lebih setuju jika cinta itu segera disampaikan seperti yang dilakukan oleh Aisha. Walau Aisha pun lewat perantara, tapi cepat dan langsung serta segera disampaikan. Akhirnya Aisha yang memiliki Fahri Bin Abdillah Sidiq.
Yang tidak dikehendaki oleh Bang Abik adalah model cintanya Noura. Ia sangat mencintai Fahri. Tetapi cinta itu tiada kesampaian lantaran Fahri sudah menikah lebih dulu denga Aisha. Noura pun menyebar fitnah yang menyebabkan semuanya berantakan. Fahri, Aisha, Nurul, semua berantakan karena ulahnya. Yang akhirnya Noura pun ikut berantakan akibat fitnah yang ditebarkannya sendiri.
Bagaimana mengemas cinta ketika masih remaja? Banyak tauladan dalam AAC. Bagaimana Anda bercinta dan memilih calon pendamping hidup dalam berumah tangga? Sikap Fahri jadikanlah idolamu. Kedewasaan Nurul dan sikap Nurul dapat Anda jadikan rujukanmu. Ketulusan cinta Maria, jadikanlah ilham cintamu. Fitnah Noura jauhkanlah dari nuranimu.
Jika Anda seorang putri beriman, jadikanlah kekasih Anda seorang Fahri. Jika Anda seorang pemuda tawakal, jadilkanlah kekasih Anda seorang Nurul Azkiya dalam bersikap, jadikanlah ia seorang Aisha dalam membangun kesetiaan kepada suami, dan jadikanlah ketulusan cintanya seperti Maria. Serta jauhkanlah ia dari sikap penabur fitnahnya Noura. Mungkinkah?


J. Talitha adalah nama pena dari Drs. Jarimin, M.Pd. Guru Bahasa Indonesia SMAN 1  Bondowoso

Filed in :
Created by brama
Blogger template. Proudly Powered by Blogger.
back to top