CINTANYA Ayat-ayat cinta
(sebuah refleksi jiwa)
Oleh: J. Talita
(sebuah refleksi jiwa)
Oleh: J. Talita
Adalah fakta jika Ayat-Ayat Cinta-nya Habiburrahman
El Shiazy (AAC) merupakan sebuah fenomena imajinasi yang luar biasa. Luar biasa
karena karya AAC itu mampu
menghipnotis para pembacanya. Pembaca awam dan pembaca kalangan penikmat serta pengamat
sastra, semua berkomentar tentang idealisme tokoh-tokohnya. Semua tokoh di
dalamnya membawakan karakter hidup bercinta yang ideal, yang dapat diteladani
oleh banyak orang, khususnya dalam bercinta.
Bagaimana
seharusnya bercinta? Tentang hal ini Kahlil
Gibran dalam bukunya “Sang Nabi” mengatakan “Cinta tidak memiliki atau pun dimiliki,
karena cinta telah cukup untuk dicinta. Cinta tak memberikan apa-apa, kecuali
keseluruhan dirinya, utuh-penuh. Jangan mengira bahwa kau dapat menentukan arah
cinta. Karena cinta, pabila kau telah dipilihnya, akan menentukan dirimu”.
Bang Abik, panggilan akrab Habiburrahman El Shiazy, dalam Ayat-Ayat Cinta
berhasil menampilkan sosok Fahri, yang oleh banyak pembaca dikatakan tokoh yang
sempurna. Yang dimaksudkan adalah sempurna dalam menegakkan keyakinan syariah
agamanya. Ia bijak, ia tegas, ia sportif dalam bertindak dan bergaul dalam
aturan aqidah yang ia yakini. Hal ini semakin dijadikan idola banyak pembaca
ketika pembaca membandingannya dengan fakta karakter pemuda di sekitar mereka.
Maklum Fahri dalam AAC adalah Fahri imajinasi dan yang ada di sekitar
pembaca adalah tokoh nyata, bukan fiktif.
Sebenarnya Fahri dalam AAC bukan sosok yang
sempurna. Ia seorang pemuda desa. Ia terkesan minder, kurang percaya diri akan
kemampuannya. Ia cengeng jika menghadapi masalah yang menyentuh kalbunya.
Ataukah memang begitu karakter seorang pemuda yang sempurna itu. Mungkin tidak?
Fahri, sekali lagi memang sempurna. Seorang pemuda
desa dari Jawa Tengah itu dapat
menempuh S-2 di Al-Ashar, Cairo, Mesir. Ia mendapatkan seorang istri yang
sangat cantik, seorang istri yang sangat baik, seorang istri yang sangat kaya.
Ia dapat berteman dengan seorang wartawan dari Amerika - Alicia. Ia dapat menjadi murid dari seorang Syekh Ahmad, ulama
terkenal di Mesir. Ini memang sempurna.
Fahri adalah seorang pemuda pilihan. Ia menjadi
pilihan terakhir banyak gadis. Banyak gadis berharap bisa menjadikan ia sebagai
suaminya. Nurul Azkiya, salah satu tokoh protagonis dalam AAC berharap dapat
bersuamikan Fahri. Ia sangat kagum akan kepribadian Fahri. Hanya saja Nurul Azkiya tiada berani
menyampaikan maksud ini. Maklum Nurul adalah seorang gadis Jawa. Ia merasa
kurang pantas jika menyampaikan maksud cintanya itu kepada Fahri. Adat Jawa memang begitu,
biasanya memang laki-laki yang menyampaikan maksud seperti itu. Atau hal itu
disampaikan oleh perantara. Seperti yang dilakukan oleh Nurul. Nurul meminta
paman dan bibinya untuk menyampaikan niat Nurul bersuamikan Fahri. Tetapi petaka
yang terjadi, sebab paman dan bibinya terlambat. Semua menyesal. Fahri sangat
menyesal mengapa bisa begini. Paman dan bibi Nurul pun sangat menyesal atas
peristiwa ini. Lebih-lebih Nurul, ia sangat menyesal. Semuanya
terlambat, nasi sudah menjadi bubur, takkan mungkin bubur bisa berubah menjadi
nasi lagi.
Jika saya masih bujang dan bertemu seorang gadis
seperti Nurul atau yang mengalami nasib seperti Nurul pasti saya pun siap untuk
beristrikan dia. Tapi masalahnya apakah Nurul mau. Hal seperti ini sebenarnya
juga dirasakan oleh Fahri, karena ia merasa anak desa, ia merasa minder jika
berurusan masalah ini. Mungkin kebanyakan lelaki demikian.
Sebenarnya jika ada gadis yang seperti Nurul
pastilah kumbang-kumbang jantan akan beterbangan di sekitarnya dan memetiknya,
tentunya dengan jalan yang terhormat. Nurul adalah seorang muslimah yang taat
beribadah. Ia berparas cantik, di samping aktivitasnya yang
tergolong terpelajar ia termasuk pandai bergaul dan sangat hormat kepada
sesamanya.
Lain Nurul lain pula Maria. Maria yang setiap
harinya dapat bersama dan berkomunikasi dengan Fahri karena ia tinggal satu
Flat merasa kecewa setelah ia tahu bahwa Fahri telah menikah dengan Aisha.
Maria sebenarnya juga sangat mencintai Fahri. Sayangnya perasaan itu hanya ia
pendam dalam hati dan ia tuliskan di buku harian. Fahri pun tidak tahu perasaan
Maria yang seperti itu. Fahri mengetahui hal itu karena ia diminta
membaca catatan harian Maria. Cinta
Maria ini akhirnya dibawa sampai mati. Perlukah seperti itu?
Pembaca akan berpikir dan berkomentar terhadap
fenomena cinta dalam AAC ini. Cinta memang perlu segera disampaikan ke
tujuannya. Tidak baik jika hanya dipendam dalam hati atau hanya dituliskan di buku harian. Yang tepat adalah segera disampaikan kepada yang
dituju. Apa pun hasilnya. Lebih baik diutarakan dan jadi. Atau diutarakan dan
tidak jadi.
Dalam masalah ini Bang Abik agaknya lebih setuju
jika cinta itu segera disampaikan seperti yang dilakukan oleh Aisha. Walau
Aisha pun lewat perantara, tapi cepat dan langsung serta segera disampaikan.
Akhirnya Aisha yang memiliki Fahri Bin Abdillah Sidiq.
Yang tidak dikehendaki oleh Bang Abik adalah model
cintanya Noura. Ia sangat mencintai Fahri. Tetapi cinta itu tiada kesampaian
lantaran Fahri sudah menikah lebih dulu denga Aisha. Noura pun menyebar fitnah
yang menyebabkan semuanya berantakan. Fahri, Aisha, Nurul, semua berantakan
karena ulahnya. Yang akhirnya Noura pun ikut berantakan akibat fitnah yang
ditebarkannya sendiri.
Bagaimana mengemas cinta ketika masih remaja?
Banyak tauladan dalam AAC. Bagaimana Anda bercinta dan memilih calon pendamping
hidup dalam berumah tangga? Sikap Fahri jadikanlah idolamu. Kedewasaan Nurul
dan sikap Nurul dapat Anda jadikan rujukanmu. Ketulusan cinta Maria, jadikanlah
ilham cintamu. Fitnah Noura jauhkanlah dari nuranimu.
Jika Anda seorang putri beriman, jadikanlah
kekasih Anda seorang Fahri. Jika Anda seorang pemuda tawakal, jadilkanlah kekasih Anda seorang Nurul
Azkiya dalam bersikap, jadikanlah ia seorang Aisha dalam membangun kesetiaan
kepada suami, dan jadikanlah ketulusan cintanya seperti Maria. Serta jauhkanlah
ia dari sikap penabur
fitnahnya Noura. Mungkinkah?J. Talitha adalah nama pena dari Drs. Jarimin, M.Pd. Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Bondowoso